Apa itu Jurnalisme Investigasi?
Jurnalisme Investigasi yaitu sebuah kegiatan yang menghasilkan karya jurnalistik,
yaitu laporan investigasi. Laporan investigasi sebagai sebuah karya
jurnalistik tidak ditentukan oleh besarnya kasus yang dibongkar,
melainkan manfaat atau dampak apa yang ditimbulkan setelah kasus
tersebut terbongkar. Penelusuran sebuah topik yang ringan dapat
dikatakan produk investigasi yang baik apabila mengungkap fakta bernilai
besar bagi khalayak. Selain itu, investigasi merupakan penelusuran
terhadap kasus yang bersifat rahasia. Sebuah kasus dapat diketahui
kerahasiaannya apabila penelusuran terhadap kasus tersebut selesai
dilakukan.
Pada intinya,
tujuan utama dari jurnalisme investigasi adalah mengungkap kesaksian dan
bukti secara fisik dari suatu persoalan yang kontroversial. urnalisme
investigasi lebih menekankan pada upaya mengungkap fakta yang sebelumnya
tersembunyi dari publik. Karena itu, proses kerja jurnalis dalam
liputan investigasi ini laksana detektif yang mengendus informasi
tersembunyi dari banyak sisi dan mengungkapkannya
Jadi
kesimpulannya, Jurnalisme investigasi adalah kegiatan mengumpulkan,
menulis, mengedit, dan menerbitkan berita yang bersifat investigatif,
atau sebuah penelusuran panjang dan mendalam terhadap sebuah kasus yang
dianggap memiliki kejanggalan.
Tapi, investigative
reporting bukanlah pekerjaan yang semata-mata untuk membongkar aib
pihak-pihak tertentu, menjatuhkan lawan atau membunuh karakter orang
lain (character assassination).
Investigative
reporting bertujuan mulia, yaitu memenuhi hak masyarakat untuk
mengetahui (people right to know) dari apa yang dirahasiakan oleh
pihak-pihak lain yang merugikan kepentingan umum.
Perbedaan Jurnalisme Investigasi dan Jurnalisme Biasa
Jurnalisme
investigasi berbeda dengan jurnalisme biasa, di mana jurnalisme
investigasi mencoba mengungkapkan fakta baru di balik suatu peristiwa
sedangkan jurnalisme biasa hanya memberitakan fakta yang memang sudah
ada. Jurnalisme investigasi dilaksanakan dengan metode - metode
investigasi dengan keluasan jaringan, wawancara yang luas, dan riset
yang mendalam.
Jurnalisme
Investigasi memiliki empat ciri, yaitu riset dan reportase yang
mendalam dan berjangka waktu panjang untuk membuktikan kebenaran atau
kesalahan hipotesis, paper trail yang dilakukan untuk mencari kebenaran
dalam mendukung hipotesis, wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang
terkait dengan investigasi, dan pemakaian metode penyelidikan polisi dan
peralatan anti-kriminalitas (Dalam hal ini termasuk melakukan metode
penyamaran serta memakai kamera tersembunyi).
Sedangkan,
dalam peliputan biasa, tidak diperlukan teknik penyamaran. Seperti
mengambil gambar dengan kamera tersembunyi, diam-diam mewawancarai
narasumber dan menggali informasi sedala -dalamnya, atau perlu memainkan
peran menjadi seseorang agar bisa mendapatkan informasi
sebanyak-banyaknya.
Dalam
peliputan biasa tidak dilakukan hal-hal tersebut, karena tidak ada
kasus rahasia yang harus di ungkap, serta dalam peliputan investigasi,
nyawa taruhannya, oleh karena itu kita jangan menggunakan identitas asli
ketika sedang malaksa akan tugas janganlah juga menampakkan muka atau
bentuk tubuh secara keseluruhan daru depan, karena bisa membuat
tersangka atau pelaku serta oknum-oknum lainnya yang tidak suka kasusnya
di bongkar, bisa mencelakakan kita. Selain itu, dalam jurnalisme
investigasi, mendapatkan satu atau dua keterangan saja tidak cukup.
Perlu banyak keterangan dari berbagai narasumber (berbagai kalangan dan
berbagai sisi) tidak seperti jurnalisme biasa yang terkadang 1 soundbite
saja sudah cukup.
Sheila Coronel, Direktur Philippines
Center for Investigative Reporting (PCIJ), mengatakan bahwa tahapan
kegiatan investigative dapat dibagi ke dalam dua bagian kerja. Bagian
pertama merupakan proses penjajakan dan pekerjaan dasar, sedangkan
bagian kedua sudah merupakan penajaman dan pelaksanaan investigasi. Pada
masing-masing bagiannya terbagi ke dalam tujuh kegiatan rinciannya.
Rancangan
kegiatan ini, menurut Coronel, merupakan pengaturan sistimatika kerja
wartawan investigatif agar terurut kepada tahapan-tahapan kerja yang
mudah dianalis. Melalui tahapan yang terkenal disebut “2 Bagian + 7
Rincian Langkah Coronel” ini, PCIJ membongkar korupsi, selir-selir dan
istana-istana Presiden Filipina Joseph Estrada sehingga melahirkan
people power yang menggulingkan kekuasaan Estrada.
Bagian Pertama
1. First Lead (petunjuk awal)
2. Initial Investigation (investigasi pendahuluan)
3. Forming an investigative hypothesis (pembentukan hipotesa)
4. Literature Search (pencarian dan pendalaman bahan tertulis)
5. Interviewing Experts (wawancara dengan para pakar dan sumber ahli)
6. Finding a paper trail (penjejakan dokumen-dokumen)
7. Interviewing
key informants and sources/finding people trail (wawancara dengan
sumber-sumber kunci dan saksi-saksi atau penjejakan terhadap orang-orang
yang terlibat.
Bagian Kedua
1. First hand observation (pengamatan langsung di lapangan)
2. Organizing files (pengorganisasian file dan dokumen-dokumen)
3. More interviews (wawancara lebih lanjut, khususnya untuk konfirmasi dan klarifikasi)
4. Analyzing and organizing data (analisa dan pengorganisasian data)
5. Writing (penulisan)
6. Fact checking (pengecekan fakta)
7. Libel check (pengecekan terhadap kemungkinan gugatan pencemaran nama baik)
Berikut penjelasannya dari masing-masing bagian:
Bagian Pertama:
1. Petunjuk Awal (First Lead)
Petunjuk
awal ialah pendorong wartawan investigasi ketika mulai tergerak untuk
melihat adanya sebuah persoalan di masyarakat dan mendapatkan informasi
awal yang relatif sederhana soal permasalahan tersebut.
2. Investigasi Pendahuluan
Tahap
ini merupakan upaya penulusuran lebih lanjut dari pelbagai keterangan
awal yang telah didapat. Penelusuran dapat dilakukan dengan wawancara
atau observasi lapangan.
3. Pembentukan Hipotesis
Dari
data yang telah diperoleh melalui du tahapan sebelumnya, lngkah
selanjutnya adalah menyusun hipotesis atau duagaan akan gambaran kasus
yang terjadi. berangkat dari hipotesis inilah kerja investigasi akan
menjadi terarah. Dalam menyusun hipotesis ini, data pendahuluan yang
telah diperoleh dilapangan disintesiskan dengan data referensi dari
literature yang relevan agar didapat kerangka pemikiran yang tepat
–tidak hanya berupa hipotesis berdasar asumsi-asumsi- mengenai kasus.
Hipotesis bisa disusun dari beberapa pertanyaan mendasar seputar latar
belakang permasalahan yang hendak dibuktikan kebenaannya.
4. Pendalaman Literatur
Untuk
itu, diperlukan studi literature yang memadai dan relevan. Hal ini
dilakukan sebagai penguatan teoritis dan penguasaan materi kasus bagi
reporter.
5. Wawancara dengan Sumber-sumber Kunci/Ahli.
Wartawan
investigasi memerlukan paparan data-data seputar pengetahuan soal kasus
yang diliput melalui keterangan ahlinya yang sudah legitimated.
6. Penyelidikan Dokumen-dokumen (Finding a PaperTtrail).
Dari
berbagai masukan yang telah didapat, hal itu akan menjelaskan bentuk
material investigasi yang harus ditemukan sebagai bahan pembuktian,
yakni berupa teks-teks dokumen, arsip dan lain-lain.
7. Wawancara dengan Sumber-sumber Kunci/Saksi.
Pada
kasus tertentu, data dokumentatif memerlukan pengecekan. Untuk itulah
sebgaai akhir dari pekerjaan bagian pertama investigasi ialah mencari
dan mewawancarai saksi atau sumber-sumber kunci yang
mempunyaiketerkaitan dengan dokumen tersebut.
Ketika
kebutuhan pada tahap-tahap di bagian pertama proses perencanaan
investigasi sudah terpenuhi, kegiatan dilanjutkan pada bagian kedua
pekerjaan investigasi, yakni proses reportase.
Bagian Kedua
1. Pengamatan yang mendalam langsung di lapangan.
Pengamatan
ini merupakan upaya tentative untuk menjaring keutuhan keterangan yang
telah didapatkan. Selama proses pengamatan di tempat yang dianggap
releven, dilakukan pencatatan berbagai detailnya dan diakumulasikan ke
dalam kumpulan data sebelumnya.
2. Pengorganisasian File
Pekerjaan
ini diperlukan dalam proses kerja investigasi guna memilah,
mensistemasikan dan mengkonsep kembali data-data yang telah banyak
didapatkan –yang bisa jadi berceceran- menjadi lebih terkontrol dan
terpadu.
3. Wawancara lebih lanjut
Setelah
mengorganisasikan file tersebut, seringkali ditemukan ditemukan
data-data yang belum lengkap atau mendalam hingga ditindaklanjuti dengan
upaya wawancara lebih lanjut.
4. Pengorganisasian dan Analisis Data
Dalam
liputan investigasi layaknya penyelidikan kepolisisan atau penelitian
ilmiah, maka harus disertai dengan analisa dan sintesa data. Data yang
sudah dikumpulkan akan dianalisa dan disintesiskan dengan kerangka
pemikiran dan hipotesa yang diajukan sebelumya. Jika sudah didapat hasil
analisa dan sintesa yang benar, data hasil analisa tersebut kemudian
diorganisasikan kembali dan dimasukkan ke dalam database lengkap yang
rapi sebelum ditulis menjadi berita yang akan disajikan kepada khalayak.
5. Penulisan
Pada
tahap ini, semua materi data investigasi yang telah terkumpul, terpola
dan terstruktur rapi kemudian ditulis dan diramu sesuai standar bahasa
jurnalistik menjadi sebuah laporan/berita investigasi yang menarik dan
memikat untuk publik.
6. Pengecekan Fakta
Dua
tahap terakhir ini merupakan evaluasi kerja reportase investigasi yang
telah dilakukan. Pengecekan fakta tertuju pada evaluasi materi fakta dan
kemungkinan kesalahan keterangan yang telah didapat.
7. Pengecekan pencemaran nama baik.
Evaluasi
berikutnya dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya pencemaran nama
baik pada pihak-pihak atau orang yang terkait dengan isi laporan/berita
investigasi.
Nb: tulisan ini tidak 100% murni tulisan saya, mengutip dari berbagai sumber.
Nb: tulisan ini tidak 100% murni tulisan saya, mengutip dari berbagai sumber.
Comments
Post a Comment